Home / Jawa Tengah - DIY / Serba-serbi Lagu ‘Kami dari 27 Bulan Mei’

Serba-serbi Lagu ‘Kami dari 27 Bulan Mei’

Yogyakarta – Lagu Kami dari 27 Bulan Mei ini, bermula dari ungkapan satire mahasiswa era Reformasi 1998. Kini, generasi muda menggunakannya kembali sebagai simbol perlawanan terhadap ketidakadilan sosial.‎Mengutip dari berbagai sumber, lagu ini pertama kali dikenal sebagai bagian dari budaya pergaulan mahasiswa pada akhir 1990-an. Liriknya yang berbunyi ‘tongkrongan kami sopan, tongkrongan kami santai’ terkesan sederhana, namun mengandung satir terhadap situasi politik saat itu.‎Lagu ini populer di kalangan aktivis yang sering berkumpul di kampus-kampus ternama seperti Universitas Indonesia (UI) dan Institut Teknologi Bandung (ITB). Pada masa Reformasi 1998, lagu ini kerap dinyanyikan dalam berbagai aksi demonstrasi mahasiswa.‎Meskipun tidak secara eksplisit menyuarakan tuntutan politik, lagu ini dianggap sebagai bentuk perlawanan terhadap rezim Orde Baru. Pasca-Reformasi, lagu ini sempat menghilang dari peredaran dan hanya menjadi kenangan bagi sebagian aktivis tahun 1998.‎Dalam beberapa tahun terakhir, lagu ini kembali muncul melalui media sosial dan berbagai aksi protes. Generasi muda menggunakannya sebagai simbol perlawanan terhadap berbagai isu, mulai dari kebijakan pemerintah hingga masalah ketidakadilan sosial.‎Platform digital seperti TikTok turut berperan dalam menyebarkan lagu ini. Tagar #KamiDari27BulanMei kerap menjadi trending topic setiap tanggal 27 Mei.‎Tanggal tersebut merujuk pada peristiwa Kerusuhan Mei 1998 yang menjadi puncak ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintahan Orde Baru. Kalangan netizen, terdapat berbagai interpretasi terhadap lagu ini. ‎Sebagian mengaitkannya dengan semangat reformasi, sementara yang lain memandangnya sebagai kritik terhadap kondisi politik terkini. Tidak terdapat catatan resmi mengenai pencipta lagu ini.‎Beberapa sumber menyebutkan bahwa lagu ini berkembang secara organik di kalangan mahasiswa sebagai lagu rakyat. Tidak adanya klaim kepemilikan membuat lagu ini mudah diadopsi oleh berbagai kelompok dengan penafsiran yang beragam.‎Pada mulanya, lagu ini diciptakan untuk komunitas perkumpulan mahasiswa, bukan sebagai bagian dari gerakan politik. Akan tetapi, popularitasnya meningkat setiap tanggal 27 Mei.‎Peristiwa Mei 1998 mencakup rangkaian demonstrasi, penjarahan, dan kerusuhan yang terjadi di berbagai kota besar Indonesia, termasuk Jakarta, Medan, dan Surakarta. Kerusuhan ini dipicu oleh krisis ekonomi dan tragedi Trisakti, dimana empat mahasiswa Universitas Trisakti tewas akibat tembakan aparat keamanan.‎Penulis: Ade Yofi Faidzun

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *