APAKAH semata-mata faktor di dalam lapangan yang melesatkan Persib menjadi satu dari segelintir klub di Indonesia peraih gelar B2B (back to back)? Jawabannya: Tidak!
Jika kita amati dengan sungguh, terdapat faktor komunikasi digital yang buat Persib Bandung raih gelar B2B Liga Indonesia yang dinobatkan pada Sabtu (24/5) malam lalu.
Di mata penulis, faktor komunikasi ini tak ubahnya mata koin; Ada sisi teramat kuat dilakukan dengan dampak berganda hadir. Namun, menariknya ada pula yang minim bersentuhan, tapi malah menjadi salah satu kunci kesuksesan.
Hal minim tersebut utamanya terlihat dari apa yang diterapkan pelatih Bojan Hodak. Selama dua tahun lebih melatih, dia tidak larut dalam gempita algoritma media sosial –hal yang justru membuatnya lebih fokus dalam melatih.
Di awal musim, kritikan memainkan kembali Tyronne Del Pino, habis dilontarkan warganet di media sosial. Bojan “dirujak” karena Tyrone masih mencetak cemas mendera setelah langsung cedera serius saat pertama main di era Pelatih Luis Milla, 2 Juli 2023 lalu.
Baca juga: Melampaui Sepak Bola: Persib adalah Identitas Budaya
Ketika kemudian kondisinya bugar, sementara pelatih sudah berganti serta stok pemain asing sudah melebihi kuota, yang bersangkutan dipinjamkan ke klub di Thailand yang tak lebih baik dari Persib.
Awal Liga 2024/2025, Tyronne langsung masuk starting line up. Sang pelatih plontos asal Kroasia ini tak sekalipun mengindahkan protes, komplain, dan kekhawatiran netizen.
Hal ini, ya pasti mudah saja karena dirinya tidak pernah secara khusus mengikuti isu di media sosial.
Terbukti, keputusan tersebut bukan hanya tepat (karena Tyronne menjelma menjadi top skor Persib disertai 6 assist), tapi juga dinobatkan pemain terbaik se-Liga Indonesia saat inagurasi juara Liga Indonesia di Stadion GBLA, akhir pekan lalu.
Bojak tak peduli dengan kicauan warganet, hanya fokus taktik dilengkapi formasi pemain yang diinginkannya.
Bahkan, dalam beberapa kesempatan, secara terbuka ke media menyampaikan telah menegur salah satu pemainnya, Adam Alis, yang dinilainya over bermain TikTok.
Salah seorang eks pemainnya, Mailson Lima, juga diminta olehnya tidak melihat medsos ketika performanya tak kunjung membaik karena medsos dianggapnya sudah jadi “arena kedua”.
Ketika akhirnya membuat akun media sosial personal di Tiktok –dan itupun baru di awal Mei 2025 ini– tujuannya bukan ingin menjadi “aktor” yang tiap hari menjadi kreator konten. Namun, justru itu tadi, memantau aktivitas pemainnya di luar lapangan hijau.
Bahkan media sosial balik ditudingnya sebagai penyebar berita palsu (hoax) karena memutarbalikkan ucapan dia soal alasan top assist Persib, Ciro Alves, keluar dari Tim Maung Bandung selepas liga musim ini.
Saat orang cenderung “bermuka manis, berwajah sempurna” di media sosial, Bojan malah jadi anti tesa-nya.