Home / SAINS / Alam Bisa Mengurangi Kebiasaan Merokok, Bagaimana Caranya?

Alam Bisa Mengurangi Kebiasaan Merokok, Bagaimana Caranya?

 Bayangkan berjalan santai di taman, duduk di bawah rindangnya pohon, atau sekadar memandangi kehijauan dari jendela rumah. Ternyata, interaksi sederhana dengan alam seperti ini bukan hanya menyenangkan—ia juga dapat mendorong gaya hidup yang lebih sehat.

Sebuah studi berskala internasional yang dilakukan oleh peneliti dari University of Exeter menunjukkan bahwa hidup dekat dengan ruang hijau dapat menurunkan kecenderungan seseorang untuk merokok dan mengonsumsi alkohol secara rutin. Studi ini merupakan bagian dari proyek BlueHealth, yang didanai oleh program Horizon 2020 dari Uni Eropa.

Baca juga: Pergi ke Alam Terbuka Bisa Meningkatkan Fokus, Benarkah?

Penelitian ini menganalisis data dari 18.838 orang dewasa di 18 negara berbeda. Hasilnya sangat jelas: orang-orang yang tinggal di lingkungan paling hijau 13% lebih kecil kemungkinannya untuk merokok dan 31% lebih kecil kemungkinan untuk minum alkohol setiap hari, dibandingkan dengan mereka yang tinggal di lingkungan dengan sedikit ruang hijau.

Yang menarik, bukan hanya kedekatan tempat tinggal dengan alam yang berpengaruh. Kunjungan rutin ke alam, minimal sekali seminggu, juga berkaitan erat dengan kebiasaan merokok yang lebih rendah.

“Ini bukan sekadar kebetulan. Semakin banyak studi menunjukkan bahwa paparan terhadap alam dapat mengurangi keinginan terhadap zat seperti nikotin dan alkohol,” ujar Dr. Mat White dari University of Vienna. Ia menambahkan, “Sebagian alasannya karena alam membuat orang lebih tenang, sehingga mereka tidak lagi merasa butuh ‘penenang’ seperti dari rokok.”

Baca juga: Jalan-jalan ke Alam Terbuka Ampuh Hilangkan Stres

Penelitian ini mendefinisikan ruang hijau tempat tinggal sebagai lahan yang memiliki elemen alami dalam radius 250 meter dari rumah seseorang. Ini mencakup taman umum, kebun pribadi, bahkan area hijau kecil.

Yang menarik, efek positif dari paparan alam ini tidak tergantung pada tingkat pendapatan atau latar belakang pendidikan seseorang. “Temuan kami menunjukkan bahwa alam bermanfaat bagi semua lapisan masyarakat. Ini sangat penting untuk mengurangi kesenjangan kesehatan,” jelas Dr. Leanne Martin, penulis utama studi ini.

Bagi mereka yang tidak tinggal di dekat ruang hijau, kunjungan yang disengaja ke alam juga memberikan manfaat yang signifikan.

Baca juga: Bermain di Alam Terbuka Ampuh Usir Stres

Hasil studi ini memiliki implikasi besar bagi kebijakan kesehatan masyarakat. Daripada hanya mengandalkan metode konvensional seperti kampanye berhenti merokok atau terapi pengganti nikotin, pihak kesehatan bisa mendorong kunjungan rutin ke alam sebagai alternatif.

Bayangkan jika program berhenti merokok menyertakan jalan santai mingguan di hutan kota atau meditasi di taman. Efek menenangkan dari suara dedaunan, semilir angin, dan suasana alami mungkin bisa menjadi pengganti yang efektif untuk nikotin—tentunya tanpa efek samping.

Namun, pengaruh ruang hijau terhadap konsumsi alkohol ternyata tidak sekuat pengaruhnya terhadap merokok. Para peneliti menduga bahwa faktor sosial mungkin berperan di sini. Kebiasaan minum alkohol seringkali terjadi dalam konteks sosial, yang bisa tetap berlangsung meski berada di lingkungan yang hijau.

Baca juga: Agar Sehat, Sempatkan Berjalan di Alam Terbuka Hijau

Yang membuat studi ini menonjol adalah cakupannya yang luas dan pendekatannya yang holistik. Berbeda dengan banyak penelitian sebelumnya yang hanya fokus pada satu negara atau satu jenis paparan alam, studi ini melibatkan banyak negara dan memperhitungkan berbagai jenis interaksi dengan alam—baik yang pasif (tinggal dekat ruang hijau) maupun yang aktif (mengunjungi alam secara rutin).

Meskipun terdapat perbedaan budaya dan lingkungan antarnegara, temuan konsisten: kedekatan dan keterpaparan terhadap alam berkaitan dengan penurunan kebiasaan merokok. Ini menunjukkan bahwa pengaruh alam bersifat universal, tidak tergantung pada tempat atau budaya tertentu.

Baca juga: Data NASA Ungkap Peran Ruang Hijau dalam Mendinginkan Suhu Kota

Penelitian ini membuka banyak pertanyaan baru: Berapa lama kita harus menghabiskan waktu di alam untuk mendapatkan manfaat? Apakah duduk di tepi danau lebih efektif daripada berjalan di taman kota? Bisakah paparan alam juga membantu mengurangi kebiasaan tidak sehat lainnya seperti konsumsi makanan cepat saji atau stres berlebihan?

Satu hal yang pasti: alam memiliki potensi besar sebagai alat intervensi kesehatan masyarakat yang murah, mudah diakses, dan inklusif.

Untuk pembuat kebijakan, temuan ini menyarankan solusi murah dan efektif: perluas ruang hijau, integrasikan alam ke dalam desain kota, dan fasilitasi kunjungan ke alam.

Untuk masyarakat, pesannya bahkan lebih sederhana: luangkan waktu untuk berada di alam. Kunjungi taman terdekat, berjalanlah di bawah pepohonan, duduklah sejenak di kebun. Mungkin itu bukan sekadar istirahat yang menyegarkan—melainkan langkah kecil menuju hidup yang lebih sehat.

Baca juga: Ruang Hijau Lebih Luas Bikin Anda Lebih Bahagia

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *