Pyongyang – Kapal perang terbaru Korea Utara mengalami kerusakan serius saat upacara peluncuran resminya pekan lalu. Insiden memalukan itu terjadi di hadapan langsung pemimpin negara, Kim Jong Un, yang kemudian menyebutnya sebagai penghinaan terhadap martabat bangsa dan bersumpah akan menghukum pihak-pihak yang bertanggung jawab.Dalam pernyataan langka yang mengakui kegagalan, kantor berita pemerintah KCNA melaporkan bahwa sistem peluncuran kapal mengalami gangguan teknis.Akibatnya, kapal perusak berbobot 5.000 ton itu—yang belum diumumkan namanya—meluncur lebih cepat dari jadwal dan menghantam air dengan posisi tidak sempurna.Buritan kapal rusak, bagian lambung hancur, dan haluan terjebak di jalur peluncuran, dikutip dari CNN, Minggu (25/5).Kim Jong Un menyebut insiden tersebut sebagai “tindakan kriminal” dan menuding sejumlah institusi negara, termasuk Departemen Industri Amunisi, Universitas Teknologi Kim Chaek, dan biro desain kapal pusat, telah bertindak ceroboh dan tidak bertanggung jawab. Tiga orang, termasuk kepala teknisi galangan kapal, telah ditahan untuk penyelidikan.Gambar satelit menunjukkan kapal dalam posisi miring, dengan bagian buritan terendam air dan haluan masih berada di darat. Meski demikian, media pemerintah belum merilis foto resmi dari kejadian tersebut.Analis maritim menilai kerusakan yang dialami kapal itu bisa sangat serius. “Jika kapal meluncur secara tidak merata, tekanan besar bisa merobek lambungnya,” jelas Sal Mercogliano, profesor di Universitas Campbell, AS. Carl Schuster, analis angkatan laut di Hawaii, memperkirakan lambung kapal bisa melengkung, retak, bahkan lunas kapal bisa patah tergantung di mana titik tekan terberat terjadi.Insiden ini menjadi kemunduran besar bagi ambisi modernisasi angkatan laut Korea Utara. Kapal perusak tersebut rencananya menjadi kapal permukaan utama kedua yang diresmikan dalam waktu berdekatan. Sebelumnya, pada bulan April, Kim memperkenalkan Choe Hyon, kapal perang generasi baru yang dibangun dengan teknologi mutakhir.Choe Hyon digadang-gadang akan memperkuat kekuatan maritim Korea Utara di tengah meningkatnya ketegangan dengan Amerika Serikat dan Korea Selatan. Beberapa pengamat menyebut kapal itu sebagai tanda pergeseran dari ketergantungan pada kapal tua warisan era Soviet.Namun insiden terbaru ini memunculkan pertanyaan besar soal kesiapan infrastruktur Korea Utara. Juru bicara militer Korea Selatan, Lee Sung-joon, mengatakan kapal yang rusak itu tampaknya memiliki desain dan spesifikasi yang mirip dengan Choe Hyon. Kim memerintahkan agar kapal perusak itu diperbaiki sebelum sidang pleno Partai Pekerja pada akhir Juni. Ia menegaskan bahwa perbaikan bukan hanya soal teknis, melainkan juga menyangkut kehormatan nasional.Pada hari Jumat, KCNA mengabarkan bahwa kerusakan kapal ternyata lebih ringan dari perkiraan awal. Tidak ditemukan lubang di lambung kapal, meski ada goresan di sisi kanan dan air laut yang masuk ke bagian buritan. Pemerintah memperkirakan proses perbaikan akan memakan waktu sekitar 10 hari.Namun para analis meragukan tenggat waktu tersebut realistis. Dalam laporan yang disertai citra satelit, Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) menyebut bahwa kapal itu bisa jadi tidak akan pernah aktif dalam dinas Angkatan Laut Korea Utara, bahkan mungkin akan dianggap sebagai kerugian total.Laksamana pensiunan Korea Selatan, Kim Duk-ki, mengatakan kepada CNN bahwa Korea Utara tampaknya tidak memiliki dok kering—fasilitas penting untuk meluncurkan, memperbaiki, atau membangun kapal sebesar itu. “Tanpa dok kering, peluncuran kapal perang sebesar ini sangat berisiko,” ujarnya.Kini, peluncuran yang seharusnya menjadi simbol kemajuan militer justru berubah menjadi aib nasional, dan meninggalkan beban besar bagi Korea Utara untuk membuktikan bahwa mereka masih mampu mewujudkan ambisi kekuatan maritimnya.
Kapal Perusak Angkatan Laut Korea Utara Gagal Diluncurkan, Kim Jong Un Murka

Tag:Breaking News