Home / NEWS / Kardinal Suharyo: Konklaf Terlihat Seram, tapi Suasana Batin Tenang

Kardinal Suharyo: Konklaf Terlihat Seram, tapi Suasana Batin Tenang

JAKARTA, Uskup Agung Jakarta Kardinal Ignatius Suharyo mengakui bahwa konklaf atau pemilihan paus baru memang terasa ‘seram’ karena begitu ketatnya pengamanan bagi para kardinal peserta konklaf untuk menjamin kerahasiaan proses pemilihan paus.

Kardinal Suharyo bercerita, koper yang dibawahnya pun sempat digeledah oleh polisi untuk memastikan ia tidak membawa barang-barang yang dilaran.

“Memang kelihatannya serem ya konklaf. Karena semuanya digeledah. Koper saya, yang tidak pernah dibuka oleh polisi, dibuka dua-duanya. Diperiksa betul-betul ada apa di dalam,” kata Suharyo dalam konferensi pers di Gereja Katedral, Jakarta, Minggu (18/5/2025) malam.

Suharyo menyebutkan, kamar yang disiapkan sebagai tempat tinggal para kardinal juga dijaga ketat, bahkan disterilkan dan disegel agar tidak bisa berkomunikasi dengan dunia luar.

Baca juga: Cerita Kardinal Suharyo Ikut Konklaf: Sangat Istimewa, Tak Ada Kampanye dan Gosip

“Kamar itu juga sudah disterilkan, baru ketika saya masuk ke kamar itu segelnya dibuka. Jendela-jendela semua disegel, supaya tidak ada komunikasi dengan orang luar sehingga tidak bisa, ‘ini nanti pilih ini ya’. Enggak ada sama sekali. Enggak mungkin,” ungkap dia.

Meskipun pengamanan sangat ketat, menurut Suharyo, suasana batin para kardinal justru penuh ketenangan dan kesungguhan.

Seluruh kardinal yang mengikuti konklaf terlarut dalam suasana doa, dan sesekali bernyanyi menuju Kapel Sistina.

“Semua tata cara sangat detail, bahkan untuk urusan menghitung suara pun ada aturannya,” tutur Suharyo.

Baca juga: Kardinal Suharyo Ungkap Harapan Para Kardinal: Paus Baru Sejalan dengan Paus Fransiskus

Ia menuturkan, dalam proses pemilihan paus ini, setiap surat suara dikocok terlebih dahulu sebelum dihitung agar tidak ada yang bisa mengetahui siapa yang memasukkan terakhir.

Proses itu menjadi bagian dari sistem yang sudah diatur sedemikian rupa untuk menjaga integritas.

Namun, pelaksanaan konklaf sempat mengalami beberapa hambatan teknis.

Seharusnya putaran pertama selesai pukul 19.00 waktu Vatikan, tetapi molor hingga pukul 21.00 karena homili yang dinilai terlalu panjang.

“Itu karena kotbahnya terlalu panjang. Maka nanti Romo-Romo kalau kotbah, jangan panjang-panjang ya, hehehe,” kata Suharyo berseloroh.

Putaran pertama konklaf masih bersifat penjajakan, di mana banyak nama mencuat.

Nama-nama calon mulai mengerucut pada putaran kedua, meski belum ada yang mencapai syarat dua pertiga suara.

Putaran ketiga yang seharusnya berjalan cepat pun prosesnya harus diulang karena adanya kesalahan jumlah kartu suara.

Baca juga: Kardinal Suharyo Harap Paus Leo XIV Wujudkan Ajaran Sosial Gereja

“Karena banyak kardinal sudah sepuh, mereka lupa, jadi dimasukkan dua kartu sekaligus. Padahal harus satu-satu. Jumlah kardinal 133, tapi yang masuk 134. Sesuai aturan, langsung dibatalkan dan diulang,” kata Suharyo.

Akhirnya, dalam putaran ulang itu, Kardinal Robert Prevost terpilih dan kemudian mengambil nama Paus Leo XIV.

Suharyo menilai seluruh proses berlangsung dengan baik, penuh semangat persaudaraan dan kesucian dalam suasana doa.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *