Jakarta Acara peluncuran album Beggars Banquet yang diluncurkan The Rolling Stones pada musim panas 1968, seharusnya menjadi malam kejayaan Mick Jagger, sang vokalis. Namun, kehadiran Paul McCartney, pemain bass The Beatles yang datang dengan kejutan tak terduga, malah menyerobot perhatian yang punya hajat.Seperti banyak orang tahu, pada masa itu publik kerap disuguhi narasi persaingan antara The Beatles dan The Rolling Stones. Meskipun pada kenyataannya hubungan kedua band legendaris asal Inggris ini cukup akrab sepanjang dekade 1960-an.Biarpun sesekali saling menyindir secara halus hingga terkadang berubah jadi rasa iri, kedua band ini tetap menaruh kekaguman satu sama lain dan masih bersosialisasi tiap kali bertemu di tempat yang sama. Hubungan mereka bahkan telah terjalin sejak awal, ketika John Lennon dan Paul McCartney menciptakan lagu “I Wanna Be Your Man” pada 1963, lalu memberikannya kepada The Rolling Stones, yang saat itu namanya tengah menanjak.Namun, ada satu malam yang kemudian menjadi legenda di kalangan pecinta musik rock and roll era itu, sebuah momen ketika The Beatles, terutama Paul McCartney, berhasil membuat ego Mick Jagger tertikam sangat dalam.Melansir musicradar.com, peristiwa itu terjadi di klub malam Vesuvio yang baru dibuka di pusat kota London, Inggris, tempat bertema Maroko milik Tony Sanchez, sahabat dekat The Rolling Stones yang dikenal dengan julukan “Spanish Tony.” Lokasi malam itu disulap menjadi sebuah perayaan tiga hal sekaligus: pembukaan klub, ulang tahun Mick Jagger yang ke-25, dan peluncuran perdana album ketujuh Stones, Beggars Banquet. Diketahui para tamu undangan eksklusif malam itu, yang terdiri dari para selebritas dan pelaku industri musik London, awalnya berfokus pada The Rolling Stones.Di tengah keramaian dan sorak sorai menyambut putaran pertama album baru The Rolling Stones, hadir pula pasangan John Lennon dan Yoko Ono (keduanya disebut sedang kurang sehat) serta Paul McCartney yang datang terlambat dengan gaya santai.Tanpa banyak bicara, Paul secara tiba-tiba mendekati Tony Sanchez yang berada di booth pemutar musik. Ia diam-diam menyerahkan sebuah piringan hitam.Tony mengenang momen itu yang dituliskan dalam sebuah buku berjudul The Beatles: Off the Record. “Begitu Paul masuk, semua orang masih menari-nari mengikuti Beggars Banquet, yang jelas-jelas merupakan album terbaik Stones sejauh itu,” kenangnya.“Paul diam-diam menyodorkan sebuah piringan dan berkata, ‘Coba dengar ini, Tony. Ini rilisan baru kami,’” sambungnya.Saat lagu terakhir, Salt of the Earth selesai, Sanchez memperhatikan label pada piringan yang diberikan McCartney, Hey Jude. Lagu yang belum dirilis itu baru akan keluar secara resmi pada 26 Agustus 1968, dan kemudian menjadi salah satu lagu paling berpengaruh sepanjang masa. Malam itu, untuk pertama kalinya, lagu tersebut diputar di hadapan publik, lengkap dengan B-side berjudul “Revolution”, lagu penuh distorsi yang berapi-api dan sarat muatan politik.Tanpa meminta izin dari Jagger maupun kru The Rolling Stones lainnya, Tony langsung memutar piringan tersebut.“Saya memutar lagu itu di sound system klub, dan dentuman perlahan nan menggugah dari ‘Hey Jude’ mengguncang seluruh ruangan,” kata Tony.“Lalu saya balik piringannya, dan kami semua mendengar suara sengau John Lennon melantunkan ‘Revolution’. Begitu lagu selesai, saya lihat wajah Mick tampak kesal. The Beatles telah mengungguli dia malam itu,” kenangnya.Versi lain yang lebih ceria diceritakan oleh Marianne Faithfull dalam wawancaranya dengan The Guardian pada 2007. “Jadi kami semua sedang bersenang-senang, lalu masuklah Paul McCartney dengan senyum kecil di bibir dan tangan di belakang punggung. ‘Apa yang kamu bawa, Paul?’ kami bertanya. ‘Oh, tidak ada apa-apa,’ jawabnya,” kenang Marianne Faithfull.”[Lalu] dia pasang ‘Hey Jude’. Itu pertama kalinya siapa pun mendengarnya, dan kami semua langsung terpukau,” sambungnya.Namun menurut beberapa saksi, Mick Jagger terlihat makin murung seiring malam yang terus berjalan.Sementara itu, dari pihak The Beatles, Public Relations mereka, Tony Barrow, bahkan menyebut peristiwa itu dengan istilah “manuver promosi yang ‘licik’ tapi brilian.”Meskipun tersaingi malam itu, Mick Jagger tampaknya tetap mengapresiasi kekuatan dalam lagu “Hey Jude”. Ia bahkan mengaku terinspirasi oleh struktur dan aransemen lagu tersebut dalam karya The Rolling Stones selanjutnya, “You Can’t Always Get What You Want”, yang dirilis tahun 1969.“Saya suka cara The Beatles melakukannya di ‘Hey Jude’,” kata Jagger sebelum proses rekaman lagu tersebut, mengutip Music Radar.“Orkestranya bukan hanya untuk menutupi sesuatu, melainkan jadi tambahan yang penting. Mungkin kami akan melakukan hal serupa di album berikutnya,” sambungnya.Walau beberapa pertikaian kecil masih sempat terjadi antara The Rolling Stones dan para eks personel Beatles di tahun-tahun setelahnya, sikap Jagger terhadap The Beatles berubah lebih hangat seiring waktu. Jagger bahkan berperan penting dalam upacara pengukuhan The Beatles hingga bisa mendarat di Rock & Roll Hall of Fame pada tahun 1988.Beberapa tahun kemudian, dalam wawancara dengan Rolling Stone pada tahun 1995 silam, Jagger mengungkapkan rasa kagumnya terhadap band asal Liverpool, Inggris itu.“The Beatles itu sangat besar, sampai-sampai orang yang tidak hidup di masa itu sulit membayangkan seberapa besar pengaruh mereka. Tidak ada pembandingnya sekarang,” ungkapnya.Jagger juga melanjutkan, “Mereka begitu besar, sehingga bersaing dengan mereka mustahil. Mereka benar-benar besar… mereka The Beatles. Mereka adalah pionir, pelopor, dan pengaruhnya sulit diukur.”
Momen The Beatles Serobot Perhatian The Rolling Stones, Hey Jude Diputar di Pesta Ultah Mick Jagger dan Peluncuran Album Baru Bandnya

Tag:Breaking News