18 Juni 1815: Kekalahan di Waterloo Akhiri Era Kejayaan Napoleon Bonaparte

Jakarta – Tanggal ini tercatat sebagai salah satu titik balik paling dramatis dalam sejarah Eropa.Napoleon Bonaparte, pemimpin legendaris yang sempat menguasai hampir seluruh benua, resmi kehilangan segalanya di sebuah ladang pertempuran di Belgia. Kekalahannya dari pasukan gabungan Inggris dan Prusia mengakhiri era Napoleonic dan mengubah arah sejarah dunia.Mengutip laman History.com, Rabu (18/6/2025), Napoleon, yang dikenal sebagai ahli strategi militer terbesar pada zamannya, memimpin 72.000 pasukan untuk menghadapi aliansi yang dipimpin oleh Duke of Wellington dengan 68.000 prajurit. Posisi Wellington yang kuat di selatan Brussels membuat pertempuran ini berlangsung sengit.Namun, keputusan Napoleon untuk menunda serangan hingga siang demi menunggu tanah mengering menjadi kesalahan fatal. Penundaan tersebut memberi waktu bagi pasukan Prusia pimpinan Gebhard Leberecht von Blücher untuk bergabung dan memperkuat sisi timur aliansi.Serangan demi serangan diluncurkan oleh Napoleon, termasuk upaya dramatis yang dipimpin Marsekal Michel Ney yang sempat menguasai pusat pertahanan aliansi. Namun, lambannya respon dari Napoleon untuk mengirim bala bantuan membuat momentum itu terbuang. Ketika pasukan Prusia akhirnya menekan sisi timur pasukan Prancis, garis pertahanan Napoleon runtuh.Dalam waktu singkat, medan perang berubah menjadi kekacauan dan pelarian massal.Dengan lebih dari 25.000 tentara Prancis tewas dan terluka serta 9.000 lainnya tertawan, Napoleon tak punya pilihan selain mundur.Empat hari kemudian, ia turun takhta dan menyerahkan kekuasaan kepada putranya. Harapannya untuk melarikan diri ke Amerika pupus saat ia akhirnya menyerahkan diri kepada Inggris dan diasingkan ke Pulau Saint Helena, jauh di tengah Samudra Atlantik.Selama enam tahun berikutnya, Napoleon hidup dalam pengasingan hingga meninggal pada Mei 1821 di usia 51 tahun.Meski jasadnya sempat terkubur di Saint Helena, pada 1840, jenazahnya dipulangkan ke Paris dan dimakamkan secara megah di bawah kubah Les Invalides, melewati Arc de Triomphe sebagai simbol penghormatan terakhir.